Pages

Sabtu, 29 Maret 2014

Rekomendasi Buku

Kemarin gue mengalami penekanan yang amat sangat, mulai dari nilai UTS yang tak karuan hingga tata krama (lho?). Ah gitu deh. Gue pun mencari kesenangan atau hal yang menghilanglan stress (?) dengan pergi ke toko buku Gramedia Pusat, Matraman (Tk. buku ini tempat favorit gue sejak SD). Awalnya, gue berencana ingin membeli buku The Fault in Our Stars karya John Green. Emg sih sudah lama keluar, ya sekitar akhir thn 2012 lah. Tapi buku itu larisnya tanpa ampun.

"Kak, buku The Fault in Our Stars dimana ya?" Tanya gue sopan kepada mbak-mbak gramedia

"Oh itu stoknya kosong.."

Belum sempat gue menanyakan yang versi inggrisnya, dia udah menjawab pertanyaan gue.
"Versi Inggrisnya juga kosong dek" kata mbak itu yang sepertinya membaca mimik gue.

"Oh ya, makasih." Balas gue mengakhiri percakapan itu dengan rasa penuh kekecewaan.

Huft. Ga ada gaiz. Kalau begitu, ya sudah gue beli novel rekomendasi guru Bahasa gue, Pak PI --yaitu "9 Summers 10 auntunm". Guepun mulai mencari.
Ketika gue menyerah mencari, guepun kembali menanyakan keberadan buku itu. Tak beda jawabannya ketika gue mencari novel The Fault in Our Stars; "Stok Kosong". Wat -_-". But fine, gue masih bisa mencari novel-novel best seller lainnya untuk menjadi bahan bacaan gue disaat yang menekan ini. Temulah gue dengan barisan buku karya Andrea Hirata dan A. Fuadi. Meskipun gue tahu belakang gue kumpulan novel sejarah seperti: "Gadjah Mada" "Ken Arok (mulai kekuasaan hingga pencintaan)" "Maja Pahit", dll.. tapi gue lagi gak mau berhubungan apapun itu dengan sejarah--nah penekanan ini terletak pada pel sejarah ini (Mulai dari nilai hingga tata krama (lho apaan itu). Namanya juga anak yang susah move on. Haha. Dan walau gue dari tadi melewati kumpulan novel lumayan best seller, namun genrenya tuh yang gue gak suka. Seperti "Oppa & I", "Sm salah gaul", "Cinta."  dan novel remaja yang selalu saja tak pernah haus dengan namanya 'Cinta'. Jujur, itu bukan novel yang gue suka; meskipun sih yaaa The Fault in Our Stars juga termasuk novel bergenre Remaja.
Ok, mari kita bedakam novel Indonesia dengan novel karya negeri seberang. Novel Indonesia apapun itu yang bergenre cinta, kadang menjadi sesuatu yang biasa. Bagi gue, gak ada sesuatu yang "wow" dalam novel-novel itu. Begini nih novel remaja di Indonesia: strangers-jatuh cinta pada pandangan yang pertama-bertepuk sebelah tangan- sedih- dll. Ga ada sesuatu yang wow. Biasa aja bagi gue.

  Lain cerita dengan novel bergenre remaja karya negeri sebrang. Mereka menggarami cerita mereka dengan sesuatu perjalanan/travelling/masalah cinta. Meskipun di beberapa novel Indonesia ada sih sesuatu yang begitu, tetapi bumbunya tak semantap negeri seberang.

Ok balik ke yang tadi. Sampai mana tadi?

  Gue pun akhirnya membeli novel Andrea Hirata-- Edensor (tanpa gue sadari, 2007 silam; Bokap gue sempet beli ini juga. Bedanya hanya novel ini sudah direvisi ulang) dan Negeri 5 Menara karya A. Faudi. Jujur, gue hanya membaca 1 bab saja, gue langsung mengkritik novel-novel itu. Kadang bila gue mengkritik novel itu negatif, itu bertanda buruk karena gue gak akan baca itu sampai habis atau bahkan gak disentuh. Gue mengkritik positif pada Edensor, karena ia menceritakan sesuai apa kadarnya, tak terlalu detail. Jadi, imajinasi kita terbayang dengan versinya masing-masing. Beda dengan Negeri 5 Menara. Bagi banyak orang, novel tersebut cukup asik bila dibaca. Memang asik, karena kisah petualang.  Namun, bagi gue ia (A. Faudi) menceritakan terlalu detail. Kadang banyak kisah-kisah yang gue gak bisa meng sketsa kan itu. Walau ada yang berkomentar novel ini menceritakan detail -- tidak terlalu detail-- sehingga terlihat sangat hidup. Tapi gak bagi gue. Ini terlalu detail. Gue jadi bosan membacanya --karena gue gak ngerasa gue ada dalam cerita.

Lalu novel-novel apa yang bagus?
  Gue menilai novel bagus atau tidaknya bila gue bisa masuk ke dalam cerita itu dan merasakannya. Gue gak butuh sesuatu yang detail. Tapi gue butuh diksi yang tepat, sehingga asik dibaca.

Bagaimana dengan Raditya Dika?
  Bagi banyak orang Raditya Dika hanya menuangkan kisah nyatanya ke dalam layar yang kemudian di jadikan dalam buku. Namun, entah mengapa, ketika gue baca buku Raditya Dika selalu gue ngerasa ada Radit di hidup gue --ini bertanda gue bisa merasakan dan masuk dalam ceritanya yang absurd itu. 

  Selain gue menyukai karya-karya Radit, gue juga menyukai Andrea Hirata. Jiwa petualang yang dikisahkannya dapat digambarkan dan kita (kalau imajinasi bekerja) akan membacanya seolah sedang menonton film. Hal yang gue suka dari Andrea Hirata adalah meskipun itu novel yang berisi pesan moral atau apalah, ia dapat membumbui rasa humor. Kadang gue ketawa sendiri membaca sifat tengil sang tokoh yang diceritakan Andrea ini.

  Selain mereka, gue juga suka penulis muda yang satu ini. Penulis ini memang tak terlalu terkenal, namun tak berarti novelnya tak masuk 10 Top Books. Yup, ialah Agnes Davonar, dengan novel ternamanya "Surat Kecil untuk Tuhan" yang mungkin pernah kalian dengar. Memang sih, SkuT (Surat Kecil untuk Tuhan) ini ia tulis karena keinginan si bapak sang tokoh di novel itu (Keke) yanv bertujuan untuk mengabadikan sang anak yang meninggal akibat leukimia. Namun, kalian harus liat novel-novel fiksinya. Dari sekian novel fiksinya (My Idiot Bro, Kematian Gabby dan Lagunya Jauh, F. R. I. E. N. D. S , Bidadari Terakhir,dan masih banyak lagi) gue paling suka dengan Bidadari Terakhir. Novel yang berkisah tentang seoeang Kupu-kupu Malam (PSK) yang bertemu dengan seorang perjaka, yang kemudian perjaka itulah akan mengubah nasibnya dari kupu-kupu malam itu. Sungguh menggores hati.

  Lain lagi dengan penulis novel horor, Ayumi Chintiami. Anak indigo inilah yang membuat novel "My Creepy Diary" mampu mengikat banyak hati pembaca, sehingga mereka tidak dapat lepas dari buku itu. Kisahnya memukau dan sungguh istimewa. Namun, kadang kesedihan menerpa, novel itu sering dikelompokan "novel fiksi" oleh toko buku yang menjualnya. Padahal kisahnya non-fiksi.
Gue suka dengan novel ini, karena gaya penulisannya atau diksinya mirip kayak gue. Hahaha...

  Oiya btw, di entri ini, gue mengkritik semua penulis favorit gue. Namun sayangnya kurang John Green. Walau gue belum sempat membaca novel John Green ini, gue bisa dengan mudah menyukainya ketika menonton trailer filmnya yang akan tayang 6 Juni mendatang. Film "The Fault in Our Stars". Doakan saja, gue bisa secepatnya beli novel itu, jadi gue bisa mengkritik John Green secepatnya. :3