Pages

Kamis, 19 Juni 2014

Combronatic?

  Satu tahun di SMP telah dilalui, suka duka dijalanin bersama-sama di kelas kece bade ini, kelas 72. Dan sekarang gue lagi gak tahu mau mulai bercerita dimana, karena semua kejadian di kelas ini cukup banyak dan tentu gak mampu gue menuliskan semuanya secara rinci.

  Diawali dengan MOS yang gue datang telat, karena di kertasnya bilang jam segini, eh malah jam segono. Ok awal yang kurang baik sebenarnya. Tapi banyak pula yang telat seperti gue.
Diawali pula dengan teman-teman asing yang gue gak kenal, dan semua udah kayak alien, karena gue merasa asing. Kerinduan teman SD tentu masih membekas, dan kadang gue percaya, SMP ini gak bakal se-asik kelas enam waktu itu. Tapi ternyata pandangan tolol itu salah, mereka semua sama serunya.
   Minggu pertama belajar di bangku SMP tentu selalu diingat dan sulit terlupakan; saat itu semua guru menanyakan nama kita satu per satu (menyebalkan memang), ada yang menanyakan nama dan asal sekolah saja, ada yang menanyakan hobi juga, ada yang menanyakan pelajaran favorit dan yang kurang disukai, ada juga yang menanyakan sifatnya kayak gimana. Gue inget semua. Tapi mereka memperkenalkan diri hanya sekali, sial,, sedangkan kita harus berkali-kali.

Saat itu, guru yang dulu paling gue hafal namanya hanyalah dua, yaitu (gak usah nama samaran lah ya) Bu Windy dan Pak Miko. Karena saat Bu Windy memperkenalkan diri dia berkata;
"Ada yang masih ingat nama saya?" tanyanya
Suara beberapa anak-anak kelas 7 (atau juga OSISnya yang duduk di belakang) berteriak kecil hampir tak terdengar, "Bu Windy"
"Ya, nama saya sama seperti bahasa Inggrisnya Angin... Nama saya Bu Windy; saya mengajar Bahasa Indonesia dan Jurnalistik" lanjutnya.
Gue dengar dia berkata 'Bahasa Indonesia' spontan kaget. Gue kira guru tersebut mengajar bahasa mandarin (serius), karena gue kira disini ada Mandarin.
Dan gue mengingat nama 'Pak Miko' itu karena gue suka menonton Malam Minggu Miko karya Raditya Dika. Jadi, gue mudah menghafalnya; karena nama Miko itu tokoh utama di MMM itu. Kalau saja ada guru bernama Morganissa, gue pun juga bisa dengan mudah menghafalnya.

  Saat pertama belajar, banyak guru yang mengaku bahwa dirinya itu galak, tapi sebenarnya tidak. Terutama Pak PI,
"Saya itu dikenal dengan guru yang galak" katanya saat pertama kali mengajar.
Tapi setelah mengenal beliau selama hampir satu tahun, gue akan tertawa terbahak-bahak kalau dia bilang "Saya itu guru yang galak".
Walau pernah sekali sih beliau marah,
saat itu ketika kelas 9 sedang sibuk belajar untuk UN yang akan segera mereka hadapi, semua jadwal tetap kami diubah sementara. Dan sang guru yang satu ini, yang jadwal tetapnya selalu jam pertama; menjadi jam kelima, ketika matahari akan segera berada diatas kepala kita. Entah capai mengajar anak kelas 9, atau seperti vampir yang hidup ketika malam bulan purnama (ya kan ya?), tapi guru ini bedanya kalau matahari sudah berada di atas kepala kita langsung berubah jadi power ranger, dan sebenarnya saat itu sebetulnya (bagi gue seorang diri) gak berisik-berisik amat, tapi sekali lagi, mungkin beliau capai atau stress dengan UN yang harus kelas 9 hadapi, langsung kayak marah:
"KALIAN SUDAH SOMBONG YA??!" 
And we all be like: "...." Yap. ga berkutik sama sekali. Kemudian jangkrik berkumandang... Percaya deh, kalau guru yang katanya gak bisa marah tiba-tiba marah itu jadi serem banget; tiba-tiba petir menyambar kami semua di siang bolong; saat itu juga, setelah istirahat yang kedua ini, diberi ulangan mendadak. Maka, istirahat yang hanya 15 menit harus kita habiskan dengan belajar.
Kami semua langsung, wat jas hepening? Tapi bubur sudah menjadi nasi, ehhhh salah... beras sudah menjadi nasi, nasi sudah menjadi bubur, bubur sudah dimakan orang; apa boleh buat lah ya.

Dan kau tahu, itu trauma yang bersifat seminggu bagi kami. Lewat (jalan) gurunya saja, gak berani (emang agak aneh sih, tapi ini beneran). Kemudian pada saat pelajaran itu ada lagi, di hari dan jam yang sama; kami semua sudah saling sepakat untuk..
"BUAT SUASANA KAYAK KUBURAN! KUBURAN!!! HENING!"
ya gitulah.
Tapi, kau tahu kawan (oke, otak gue sudah tervirus gaya bahasanya Iwan Setiawan di 9sum10aut-nya), namanya guru, hal tersebut tak mereka pandang sebagai sesuatu yang tetap. Jadi, beliau tetap sama seperti biasanya..
ya gitulah... Trauma kami bersifat sangat sementara.

  Ada juga guru yang katanya guru yang galak, dan saat itu pula beliau mengajar pelajaran yang cukup susah.Jadi gue langsung "haduh" karena kalau saja nilai gue jelek, gue bisa mati.
Saat diperkenalkan walikelasnya masing-masing, kelas 71 mendapat guru olahraga; dan mereka tampak senang (dan gue kecewa gak bisa dapat walikelas guru OR). Dan 72 mendapat walikelas yang dikenal galak, dan kami langsung..
"Yahh..." teriak kecewa semua murid kelas 72 bersamaan.
 Gue sih ya udah aja lah ya, karena gue ketika SD sempat mendapat juga guru india yang sangat teramat galak kalau marah (walau aslinya beliau itu baik). Jadi saat itu gue hanya berpasrah saja. Dan ketika hampir setahun mengenalnya, lagi-lagi kita dibohongin untuk kesekian kalinya, hipotesis itu nol. Walikelas gue jauh dari apa yang gue bayangkan. Beliau sangat amat tidak galak bagi gue, beliau enak ngajarnya, baik dan mampu menyantuni 31 anak kelas 72, yang bagi gue itu merupakan sesuatu yang double u O double u WOW (oke, ini agak alay).

  Banyak guru di sekolah ini yang katanya dikenal galak, inilah itulah.. Tapi sebenarnya semua pernyataan itu butuh pembuktian, dan kalau pembuktian itu gak ada hasilnya, ya udah, pernyataan itu nol. Maka itulah pelajaran penting bagi kalian anak baru di sekolah baru, "Jangan percaya perkataan orang".

  Kadang, selain 'Jangan percaya perkataan orang' kita juga harus 'Ga mudah ditipu dari luar' seperti pepatah bilang, "Don't judge a book by it's cover". Karena awal gue mengenal mereka (teman-teman di kelas 72), banyak first impression (kesan pertama) yang ternyata beda alias salah besar. Kayak misal:
1. Ella: ini anak pasti pendiem (teryata anaknya eksis)
2. GEEz: ini anak kayaknya hiperaktif banget (dan fi -first impression- ini doang yang benar)
3. Imo: kayaknya anak biasa lah.. Rajin, ke sekolah pagi (Ngekss..)
4. Bete: ah anak biasa... (heh, belum tahu pas dapat nilai 100 terus. Otak bete itu, otak Einstein yang tertukar. Hanya saja, dia Einstein yang jago IPS)
5. UNICORN: Cantik, pasti banyak yang kenal alias eksis. (Ini juga bener sih..)

dari antara mereka para pemilik absen nomor 1 sampai 5 (iya, gue buatnya urut) yang paling parah bedanya itu Samin (ini udah nama samaran lah ya), perempuan yang kurus dan GILA. BANGET. Awal finya itu: 'ini anak mah pendiem banget. Ansos deh kayaknya' tapi setelah gak lama di SMP, fi itu sangat amat salahhh *netnotttt*. Dia itu gak ansos dan sangat amat berisik alias gila. Apalagi kegilaannya pas di Pizza Topi (well, gue sebenarnya gak boleh menggunakan sebuah produk; jadi gue plesetkan saja ya namanya), ultahnya Nemo:
Nyokapnya Nemo (NB: Nemo itu nama samaran. Bukan Nemo yang di film. Lagipula, nyokapnya Nemo yang di film 'kan udah mati): "Pada mau pesan apa?"
*Semua pada sibuk mesan*
Samin: "TANTEE! Aku mau balon!!! Bentuk anjing ya!!"  
Nyokapnya Nemo: hahaha.. kamu bisa aja..
Nyokapnya Nemo: Jadi udah ya? Itu saja? Tante tinggal dulu ya, tante mau ke kantor..
Samin: TANTEE!! Aku ikut dong ke kantor!
Nyokapnya Nemo: Boleh.. boleh.. bantuin tante kerja ya!
 *dilanjutkan tawa yang heboh*
Tapi gilanya dia gak bisa direm sampai situ saja...
*mas-mas PT memberikan pesanan kami ke meja*
Samin: MAS! AKU MAU BALON BENTUK ANJING!
Dan saat itu juga kita memutus apa yang samin ngomong, dengan segera menyuruhnya untuk diam. Karena kami tahu, permintaan gila itu gak akan terkabul. Tapi, tak ada yang mustahil bagi alam semesta, pernyataan kami salah berat! Gak lama, mas-mas itu beneran memberi balon; walau sayangnya, tak berbentuk anjing melainkan bentuk topi. Dan ga hanya satu saja, tapi juga semua mendapatkan balon berbentuk topi tersebut dengan warna yang berbeda-beda. Reaksi kita langsung kayak: 'ha?'
Tapi, karena Samin masih merasa kecewa dengan pemberian mas-mas itu, dia berdiri, mencari mbak-mbak atau mas-mas PT yang bersedia melayani dia..
Samin: "MBAK! MBAK!"
*lewat*
Samin: "Mas-mas!!"
*lewat*
Samin: "Mas!"
Mas-mas PT datang dengan gentlely dengan tampang yang siap membantu kapan saja.. "Ya, ada yang bisa saya bantu?"
Samin: "Mas, saya maunya balon anjing, bukan topi. Gimana sih?!"
Kemudian setelah mendengar permintaan 'kurang bermutu', mas-mas itu yang sebenarnya sedang sibuk dengan wajah kesal sekaligus harus bersifat sabar meninggalkan Samin begitu saja dengan senyuman terpaksa..
 Dan, seperti kata peribahasa, kemarau setahun dihapuskan hujan sehari; Samin gak dilayani lagi dengan pelayan-pelayan PT.
Jadi, karena kita memakan terlalu banyak pizza, sampai kenyang banget; si Samin dengan nasinya yang ga bisa dimasukin lagi ke perut, berdiri meminta pelayannya untuk membungkusnya.. Tapi, dari sekian banyak pelayan yang berlalulalang, gak ada satupun yang mau bantu Samin, sampai akhirnya Keterin membantunya.

Tapi ga hanya itu saja kegilaannya.............................

EH EH EH kok malah ceritain samin sih?! Entar topik bicaraannya Samin lagi .. HM. Okelah. Lanjutt~

  Ya jadi.. intinya begitulah.
"Dont Judge a Book By It's Cover"

  Inti dari segala inti cerita ini, 72 itu keren. (okedeh) Dan tentu 72 asik juga berkat guru-gurunya yang ikut serta mewarnai (*ciaaa)


  Oh iya, kalau kalian penasaran, apa arti Combro itu, gue akan ceritakan sejarah nama 'Combro' itu. Biar ngarti ente. P.S: Diperbolehkan untuk menulis kembali sejarah ini ke dalam novel atau buku IPS-Sejarah agar terkenang sepanjang masa dan tidak hilang dalam pusaran sejarah.


   Berawal dari sinar matahari yang terik... (*Wesss), cahayanya menusuk ke tulang putih kami dan memaksa kami 'tuk berolahraga, ya.. karena saat itu adalah pelajaran OLAHRAGA. Dikarenakan pelajaran olahraga yang pertama, kami diperbolehkan untuk bebas, boleh berolahraga apa saja.
Ada yang bermain bola, basket, dan gossip (isi gossip itu pernah gue curahkan di blog berjudul: 'Si Rohani')--Eh iya, gossip itu termasuk olahraga kan? Olahraga mulut yang sering terabaikan--, dan adapula yang hanya sekedar berjalan-jalan. Tak ada awan hitam, tak ada hujan, tak ada petir yang menyambar, karena cuaca disitu sangatlah panas; dan tentu tak ada jemuran yang basah, karena kami di sekolah, bukan di rumah.. si Imo tiba-tiba berteriak:
"COMBROOOO...!" dengan nada yang khas ('o'nya dibaca dengan nada melintang keatas), seolah ialah penjual combro. Diikutsertakan teriakan-teriakan murid-murid 72 yang lain yang mencoba menyamai suara si gendut lucu-disukain-sama-anak-anak-kelas-sembilan. Maka, semenjak itu, negara api menyerang banyak dari kita, keluarga 72 yang copy-paste irama suara khasnya Imo ini. Maka, terjadilah evolusi... Combro adalah motto (?) kami semua.
Maka secara teoritis, bapak combro kami adalah, Imo. Bukan Papi. Maafkan saya, para papilovers atau bioholic, karena membuat kamu kecewa. Terutama pada V.E yang sangat bioholic...

#Salam dua jari #SalamCombro (kadang terdengar juga #SalamJomblo)

Dan banyak banget kejadian-kejadian seru, yang terkadang terlalu banyak banget yang seru sehingga nyaris melupakannya... jadi, gue mungkin akan hanya menampilkan beberapa hasil karya masterpiece dari 72 aja dan foto kami semuaaa :)) .....


King of Zimba siapa ya? HAHA APS siapa??
Made by: anak 72! luf luf zimba! Apalagi unicorn! Kami suka unicorn! hestek unicorn.
:3 Mading kami! :3 
Ini kami, 72, walau kami berasal dari Jakarta, tetapi keluarga kami memeluk erat budaya Eropa.  Maaf, saya edit sedemikian rupa, karena tolong kamu iya kamuuuu jangan kepo deh ih (?)
----




Oh iya, betewe... GUE KELEWATAN ANNIVERSARY BLOG GUE SENDIRI! HAPPY ANNIVERSARY AND YOUR BORNDAY, MY BLOG, TERIMAKASIH SUDAH DUA TAHUN NEMENIN GUE SELALU. ILY <3 11 JUNI  :3