Masih edisi Throwback Aja Terus,
edisi: Mos 2013 dan kurikulum 2013.
-
Kangen aja terus,
Sampai hati lupa diurus.
-
Di
tahun ajaran kurikulum 2013 ini, kami semua (kecuali kelas 9, mereka tidak
mendapatkan kurikulum 2013 -_- Curang banget) mendapatkan bab-bab lebih banyak
(tambahan) daripada KTSP sebelumnya. Katanya sih itu pelajaran SMA, namun
ketika SMA baru benar-benar diperdalam. Ya, ini dasarnya. Nah, sejak tahu
kurikulum 2013 kayak gitu (mempelajari pelajaran yang tidak seharusnya
diajarkan pada kelas kecil) gue jadi sedikit mengerti kenapa setiap kali ketika
gue masih di bangku SD, menanyakan pr ke orangtua gue, jawabannya pasti gini:
“HAH? Inikan pelajaran SMP. Mama(/Papa) sudah lupa” jawabnya selalu.
Atau
kadang ‘bergossip’ dengan keluarga tentang pelajaran masa kini...
“Pelajaran anak sekarang tuh.. Aduh ribet banget. Gak kayak dulu”
“Iya tuh.. Setiap malam kalau ditanyain
pr.. haduh...” dilanjutkan dengan tawa khasnya ibu-ibu.
Jadi
sekarang gue gak kebayang bagaimana keadaan pelajaran cicit gue pada masa
mereka. When they are on 90’s (2090-an
maksudnya).
Dan
katatanya sih SMA sekarang (kurikulum 2013) diwajibkan membuat skripsi. Jadi
mungkin saja the 90’s bakal disuruh menerbitkan buku untuk tugasnya, dan
masyarakat yang menilai. Misalnya kalau mau dapet nilai A++(ada gak sih?)harus masuk kedalam 10 best seller New York Times
dan difilmkan oleh Hollywood, kalau mau A+ harus masuk ke national best seller
tanpa harus di filmkan, kalau mau A harus masuk ke 10 best books di Gramedia,
kalau diterbitkan dan di rekomendasikan oleh penerbitnya diberi B+, kalau
diterbitkan saja B, kalau diterbitkan tapi tak ada yang mau beli, yang kemudian
jatuh ke barisan buku-buku gak laku dan Sale up to 70% hanya mendapatkan C+,
dan bila tidak diterbitkan C- atau ulang kembali. Dan bila masuk ke Mid Night
Sale, berarti itu baju dan mahasiswanya salah buat.
Gak
kebayang.
Mungkin
mereka sudah tidak memakai buku, tetapi menggunakan Ipad transparent sebagai buku dengan alasan go green. Padahal nge-cas Ipad kan juga sama-sama memboroskan. Tapi
mungkin juga mereka menggunakan tenaga solar.
Imajinasi
gue kece banget.
And the 90’s
kelas TK sudah belajar perkalian dan aljabar dasar; SD sudah disuruh membuat
makalah, paper, dan kawan-kawannya itu; SMP sudah disuruh membuat skripsi; SMA sudah
membuat tesis. Kuliah, ya tadi, membuat buku. Mungkin sedihnya, alfabet sudah
diajarkan sejak lahir. It’s mean, sekolah
pertama mereka adalah ketika mereka berumur 1 hari.
Remember, technology can change
everything.
Juga,
kata orang, semakin zaman ini modern semakin manusia-manusianya songong. Ada
benarnya sih (walau gak semua songong). Jadi waktu gue me-MOSkan anak baru, ada
satu anak yang benar-benar tidak disukai oleh kami para OSIS. Karena dia itu
gak mau dengerin kita, bahkan harus kita marah dulu..
*Sesi Baris-bebaris*
Guru: TEGAK GRAK!
*Semua
tegak*
*(Anggap saja namanya Beyn) Beyn santai, gak ngapa-ngapain*
Gue: Berdiri tuh yang tegak. Bisa gak?
Beyn:
... *kakinya bergerak, dan gue kira dia akan tegak. Tapi realitanya dia cuma
mengganti tumpuan kaki dari yang kanan ke kiri, melenggengkan pinggangnya*
Gue harus berpikir positif kan? Ya sudah, gue pikir dia itu memiliki penyakit tulang, jadi yowes, rapopo. Silahkan.
Namun
terkadang, pikiran positif kita diabaikan oleh alam semesta. Sesuatu yang
positif juga tidak berujung baik. Misal, positif dinyatakan Kanker; kan gak
positif tuh.
“BERDIRI YANG BENAR!” suruh Ines dengan tegas
“Bacot lo”
Mungkin
perdebatan terjadi.
Dan
kesongongan-kesongongan dia lainnya.
Selain
dia, juga ada bebarapa juga sih yang songong, tapi syukur terimakasih sekali
masih ada juga yang gak. Selain sikap yang makin beda tiap tahunnya, tinggi
mereka juga berbeda setiap tahunnya, semakin pendek. Entah gue yang tinggi,
atau mereka memang pendek.
Idk
about 90’s, mungkin kesongongan sudah
membawa mereka berkata ‘gue-lu’ , punya pacar, berkata yang tidak seonoh sejak
TK, dan mereka sudah mengenal cabe-cabean yang diganti dengan api-apian, karena
api itu lebih panas daripada cabe (toh cabe juga gak panas, cuma pedas saja).
I
don’t hope so.
Ohiya,
Mau
gue kasih epilog yang tadi?
Setahun
kemudian dia pindah sekolah. Dia, iya dia, Beyn.