Pages

Minggu, 19 Juli 2015

Liburan, Jangan Pergi!

Yak, 7 hari lagi menuju masa dimana kembali lagi ketemu guru-guru, teman-teman, buku pelajaran, dan hal-hal yang buat pusing pala berbi lainnya. 
*Meluk Liburan*
Setelah sebulan lebih menjadi pengangguran tak berarti seperti dirimu yang memiliki arti tapi menganggap aku tak berarti #WOOSHHH, akhirnya sampai juga kita di penghujung liburan ini. Liburan yang lama ini (gak sih, gak lama-lama amat. WE WANT MORE! WE WANT MORE! *mulai anarkis* *bakar ban*)pun diisi dengan kehidupan seadanya.

Dimulai dengan guenya yang gak tau mau ngapain, seolah gak ada tujuan hidup. Cuma: Bangun jam 9 - main hape-sadar-sadar udah jam satu - the ‘bentar lagi mandi’ moment – tiba-tiba udah jam 2, oh yaudah mandi – makan – main lagi sampe sadar-sadar udah malem – makan lagi – the ‘bentar lagi mandi’ moment part 2 – gak tau mau ngapain jadi makan lagi – lupa abis ngapain, jadi makan lagi – Astaga udah jam 9, mandinya besok pagi aja deh. Besok harus bangun pagi! – balik lagi ke awal, bangun jam 9.

Buang-buang waktu? Gak. Kata orang, kalau kita menikmati ‘buang-buang waktu’ itu, itu sebenarnya gak buang-buang waktu. Gue nikmatin banget tuh siklus pengangguran anak sekolah. Liburan ini  juga gue gak kemana-mana, soalnya bonyok gue pada gak mau kemana-mana. Jadi nih ya, kalau ada perkataan ‘Kamu Bisa ngelakuin apa saja saat kamu bisa ngelakuin, semuda apapun diri kamu’ that’s a bullshit. Mereka lupa kalau anak yang masih sekolahan masih dijaga sama orangtua. Jadi juga, kalau lu nilai itu orang anak adventure banget, suka jalan-jalan; itu semua terjadi pasti karena orangtuanya yang emang suka jalan-jalan, gak tentu anaknya juga punya jiwa se- adventure bonyok nya. CAMKAN ITU!

Oke lanjut,

Kemudian setelah berlama-lama menjadi manusia gua yang gak keluar-keluar dari kamar, guepun akhirnya ditawarkan untuk mengikuti LDK dari gereja gue. Yaudah, daripada gak ngapa-ngapain, mending ikut aja, ke puncak lagi! Ngoehehehehe

Seru banget dan gokil abis! Soalnya anak-anak misdinar di gereja gue rata-rata otaknya itu dibawah rata-rata. Ada teman gue yang begini:

Panggil saja Willi.

Jadi si Willi itu lagi masuk ke dalem terus tiba-tiba ada kelelawar masuk, jelas dia kaget dan teriak:
“WOI ITU APAAN?!?!?!?!”
Gue dengan refleknya menjawab dengan santai,
“Itu kelelawar”
Dan dengan santai bercambur bego dia jawab,
“Gak. Itu BAT!”
“Bat sama kelelawar apa bedanya? -_-“
“Ohiya. Gue ingetnya itu Bat, Batman!” jawabnya dengan nada seperti anak-anak, bersuara berat, dan dengan tubuh sedikit kekarnya yang tidak sesuai dengan keanak-anakkannya itu.
Gue gak ngerti sebenarnya otak dia itu misah apa sama otak bahasa inggris, jangan-jangan di sekolah dia begini:
Ketika guru bahasa inggris sedang masuk dan mulai pelajaran,
“Open your textbook page...”
"Sorry Ms, I don’t bring my book”
“Itu apa di meja?”
“Itu buku ms, bukan book”
“KAMU NGELAWAN SAYA YA??”
Huft.

Dan di LDK inilah, gue akhirnya melihat secara LIVE seekor katak terbang yang di lempar tinggi oleh temen gue di kolam lumpur. Gue harap itu katak malang baik-baik aja.


Selain LDK yang sadis tapi seru, gue juga sempet main ke rumah oranglain. Intinya anak yang gue datengin ini, anak yang cewe dan paling kecil (masih TK) lagi kesel dengan abangnya (setahun lebih muda daripada gue) karena manggil dia ‘EEK’.
“Eek!” teriak usil abangnya.
“IHH!!!! NANTI AKU PEGANG YA BURUNGNYA!” jawab anak kecil yang cewe itu.
Koko guepun yang pendengarannya peka dengan hal begituan *loh*, langsung kaget dan ketawa sekencang-kencangnya.
“HA? APA? Pegang apa???” tanya Koko gue dengan suara yang udah nahan-nahan ketawa
“Pegang burungnya! Udah biasa kok” katanya sambil tertawa girang. (watdahel girang)
Abangnya yang juga kaget dan ketawapun meluruskan perkataan adeknya,
“GAK! GAK PERNAH BAHKAN”
Koko gue tidak menggubris perkataan abangnya.
Gue, koko gue, dan anak kecil itu ketawa girang, sedangkan abangnya ketawa seadanya. Jangan-jangan... Ahsudahlah. Jangan berpikir jahat wahai saudara-saudaraku!


Guepun juga akhirnya gak pernah ketemu-ketemu atau jalan-jalan sama temen-temen sekolah, karena semuanya pada pergi ke negeri antah berantah sedangkan gue cuma pergi ke negeri khayalan. Tapi gak untuk temen sekolah gue yang tinggal deket sama gue ini, iya, si Pam ( yang belum kenal, silahkan baca entri ‘Frans’ ). Guepun akhirnya memutuskan untuk sepedaan lagi sama dia.

Karena sampai saat ini juga gue gak punya sepeda, guepun tetep nekad minjem sepedanya #IloveGratisan. Agak gak tahu diri sih, tapi daripada gue mati kutu di rumah.. Ya kan?

Kali ini gue sama si Pam sepedaan agak jauh. Ke tempat dimana Pam masih alim-alim  hidung air liur mulut ingus. Ya, ke tempat mantan rumahnya (baca: bukan rumah setan mantannya, tapi mantan rumahnya). Karena perjalanannya agak jauh dan kita semua akhirnya haus nan laper, akhirnya sekaligus perjalanan pulang, kitapun mampir dulu ke Indomaret.

Gue bawa uang lima puluh ribu, tapi Cuma beli seuprit yang kembaliannya duapuluh ribu dua lembar, dan beberapa recehan. Demi gak jatuh di tengah-tengah ketika sepedaan, guepun taruh di dalam kantong plastik. Ya, gue Cuma beli minuman air kelapa kesukaan gue dan air putih. Tiba-tiba saat kita udah agak jauh dari indomaret dan lagi di jalan besar menuju pulang...

BRAK!  PRENG PRENG PRENG!  (brak itu suara minuman jatuh, preng preng preng itu suara koin jatuh. Sabi yega?)

Kantong plastik gue robek dan bolong.

Gue rasa ini adalah peringatan dari Dewa Neptunus edisi Anti Kantong Plastik, karena gue melanggar janjinya untuk puasa plastik.

Si Pam malah ketawa sekencang-kencangnya melihat gue kena kutukan dari Dewa Neptunus edisi anti Kantong Plastik itu. Dia bahkan ketawa lama banget, baru bantuin gue...


Begini kronologinya....
08.30 Waktu Bagian Perkiraan (WBP *loh): Kantong Plastik gue bolong dan semua isinya jatuh ke dalam
08.35: Pampun akhirnya membantu gue, mengambil uang yang jatuh berhamburan dan minuman yang hampir kelindes mobil
08.36: Gue stress ringan. Uang dua puluh ribu serta beberapa recehan sudah tidak gue pegang lagi dan melayang seenak jidat gitu aja.

Kenapa bsa melayang? Balik ke 08.30...

08.30 lebih beberapa detik: dari jauh ada pasutri pemulung yang akan lewat melintas
08.31 detik pertama: Seorang suami itu ingin dan sedang mengambil lembaran duapuluh ribu gue satu lembar.
08.31 detik kedua: Guepun melihat dia mengambil, langsung ingin mengucapkan terimakasih karena, pasti dia akan mengembalikan ke gue.
08.31 detik ke dua setengah: Hati gue paling dalam mengatakan, ‘jangan-jangan dikantongin’, tapi otak gue langsung menghilangkan hal buruk itu. Gak mungkin dia sejahat itu.
08.31 detik ketiga lebih dikit: BAPAK ITU KANTONGIN DUA PULUH RIBUAN KE KANTONGNYA
08.31 detik kesepuluh:“HAH?”
08.31 detik ke duabelas: “JANGAN LAWAN (baca: minta balikin). KALAU BAPAK-BAPAKNYA BAPER, KAN BERABE”
08.31 detik ke dua belas setengah: “IYA JANGAN! POKOKNYA JANGAN!!”
08.31 detik ke tiga puluh: Istrinyapun mengambil SEMUA recehan gue yang jatuh dan yang dia lihat.

Menit-menit sebelum dibantu Pam selanjutnya adalah saat-saat dimana otak dan hati gue berkecamuk hebat sedangkan jiwa gue Cuma bengong liatin itu pasutri yang aduhai jago nyurinya.

“Nih dua puluh ribu lu” kata Pam membuyarkan lamunan gue. Si Pam kasih dua puluh ribu satu lembar yang selamat dari tragedi pencurian tadi.
“Oh ya, makasih” jawab gue singkat .
“Sabar ya nak, liat uang sendiri diambil orang lain” kalimat ini malah sebenarnya tambah nyakitin.
“...” muka gue udah kayak mayat kalau inget-inget kejadian bodoh tadi.
Selama perjalanan pulang, gue lebih diem dari biasanya.

Dan guepun akhirnya bersuara lagi ketika mulai merelakan dua puluh ribu itu...

“DUA PULUH RIBU GUEEEEEEEEEEE AAAARGGHHHHH” kesel gue dengan teriak seadanya ke Pam
Dengan muka cengo sambil menggoyes sepeda, dia nanya,
“Lah, bukannya udah gue balikin?”
“Kan kembaliannya empat puluh ribu. Dua puluh ribuan dua lembar. Satunya diambil!”
“ANJIR!!! KALO GUE JADI LU UDAH GUE TERIAKIN TUH ORANG!” ternyata dia baru tahu kalau uang dua puluh ribuan yang satu diambil dan yang dia balikin itu uang yang selamat dari tragedi.
“Ya, gue bodoh banget” jawab gue yang selanjutnya gue kembali agak diem lagi karena merefleksikan diri gue...
Inilah hasil refleksi gue:
  1.  Gakpapalah, amal. Pasti mereka kurang seberuntung gue yang serba gampang.
  2. Toh juga dosanya di mereka kalau mencuri.
Dan ada suara dari hati gue yang paling dalam yang mem-plot twist semua pemikiran orang standar itu..
3.  GAK! KAMU MEMBIARKAN DIA DOSA GITU AJA? SAMA AJA KAMU KAYAK DIA! KAMU SAMA SAJA MENDUKUNG DIA UNTUK BERDOSA

BOOM!

*mengheningkan cipta untuk dua puluh ribu gue serta recehan-recehan lainnya dan gue-yang-takut-kayak-kucing-kesamber-petir*
Mengheningkan cipta, MULAI!
...

Ngomong-ngomong tentang temen sekolah, gue juga pernah ketemu anak yang satu sekolah dengan gue di gereja. Oh iya, di liburan kali ini pelarian gue akhirnya Cuma gereja, gereja, dan gereja. Mungkin emang sudah saatnya kali ya gue harus dekat dengan Tuhan. Bukan, bukan mikirin dunia yang udah mau kiamat, tapi gue mikirin dosa yang sebejibun. Kiamat juga sih.

Oke lanjut

Jadi gue ini karena OSIS dan sempat kampanye gagal itu, jadi ada kemungkinan besar sekali kalau gue dikenal oleh tiga angkatan sekaligus <- sok banget. Nah, ada anak kelas 7 yang sebetulnya gak gue kenal, tapi kayaknya gue pernah gitu ketemu dia di sekolah... Panggil saja namanya Tetet. Maaf adik kelasku yang gue lupakan namanya...Namamu jadi jelek begini.

Hari itu ialah Bazaar OMK (Anak-anak muda a.k.a remaja) dalam perayaan ulang tahun gereja gue. Saat itu juga gue lagi tugas dokumentasiin acara itu. Ada-lah anak OMK dari suatu komunitas yang paling heboh ditengah bazaar. Ketika gue lagi sibuk foto-fotoin mereka, tiba-tiba pundak gue ditepuk...
“Kak Maria?”
*Muka bingung* “Oh.. Eh... HAII!” jawab gue
“Kakak wilayah berapa?”
“Wilayah empat” jawab gue seramah mungkin
*Muka Bingung karena kayaknya dia berharap namanya disebut*
Guepun meluruskan kecanggungan disini...
“Ehmm.. kayaknya gue pernah liat lu deh.. Hmm.. Nama lu siapa ya?”
“Tetet” jawabnya dengan penuh harap.
“OH IYA IYAAA!!! Haiiii” Realitanya, gue udah melupakan namanya sepersekian detik kemudian.
“Kamu wilayah berapa?” nada guepun tiba-tiba berubah seperti ngomong ke anak TK
“Wilayah 9”
Begonya lagi, gue dengan gak sengaja nanya,
“Lu sekolah dimana?”
“Lah di Menteng juga kan??” mukanya pun langsung berubah kusut karena merasa terlupakan.
“Oh iya iyaa.. sorii.. HAIII!” Bodohnya lagi, gue malah nyapa lagi... Bodoh banget lagi malah nanyain lagi sekolahnya.  
Dengan pelan namun pastipun akhirnya gue sok-sok foto sesuatu objek baru, padahal ini adalah trik untuk kabur dari kejadian canggung ini.

Gue sih berharap dia dapat berpikir bahwa bsa saja kak Maria ini lupa dengan bagaimana keadaan sekolah setelah otaknya dicuci oleh liburan.. Yaa.. semacamnya gitu yah.



Yaa.. Lucu juga sih kalau inget-inget lagi kejadian satu bulan lebih menjadi pengangguran anak sekolahan.. Yaa.. Gue ngomong Yaa udha ke lima kali di entri ini.. Yaa, ini keenam..Yaa, ini ketujuh.. Udah deh Yaa aja terus sampai kiamat. Oh iyaa tadi itu yaa ke delapan... tadi yaa lagi asdbahusdianshid

Balik lagi, yaa jadi jujur sejujur-jujurnya, gue berharap, gue masih bisa bertemu dengan kamu lagi, oh liburan...
Gue gak sabar untuk Liburan season 3 part 1