Hai gaiz. Sebelumnya
gue mau ngucapin selamat kepada blog gue sendiri, karena sudah tambah satu
tahun lebih tua yang berarti sekarang berumur tiga tahun! Yey! Tiga tahun gue
belajar menulis dan fotografi, dan masih berlanjut terus. Hore.
Oke, keadaan gue lagi
ga sehat, ga tau kenapa. Padahal ini udah hari ke empat liburan, tapi gue malah
sakit. Okesip. #AKURAPOPO
Jadi, beberapa hari
yang lalu kawan-kawan gue merencanakan pergi ke dufan. Mereka semua mengusulkan
tanggal 16 yang jatuh pada hari libur anak sekolah. Tapi guepun membantai
mereka semua dengan mengatakan, “GANTI TANGGAL 8! Saat guru-guru rapat! BIAR GA
RAME” dengan argumen-argumen yang masuk akal lainnya. Like A Boss banget yega.
Gue pikir, gue akan
bangun kemudian mandi kemudian berangkat dengan senangnya tanpa beban apa-apa –seperti
Dora yang selalu dengan senang dan gembira kelilingin hutan. Dengan modal uang
secukupnya, gue akan mengisi hari itu sepenuhnya.
Tapi ternyata saat itu alam
semesta berkata lain, GAK. Hari itu tiba-tiba dikasih rapat dadakan. Rapat OSIS
tentang classmeet yang juga dadakan. Tapi gue gak mau hari yang udah gue
persiapkan dengan baik dihancurkan begitu saja dengan rapat sialan itu, guepun
berniat untuk...
KABUR.
Saat rapat dan gue
tidak dibutuhkan, gue langsung lari kebawah dan menemukan temen-temen gue yang
non-osis yang udah nungguin kita semua.
“Masih ada yang di jalan” kata temen gue ke gue.
Guepun hanya meng-oh
kan dan kebetulan karena perut yang ringkih ini tereak tereak minta makan, dan
kebetulan lagi di kantin dan juga berhasil keluar dari penjara dunia, guepun
akhirnya makan dulu di kantin. Gue selesai makan, dan masih ada aja yang belum
datang, yodah guepun dengan coolnya
jalan kembali lagi ke atas, dan begonya yang baru gue sadari sekarang, KENAPA
GUE BALIK LAGI KE RAPAT OSIS. so stupit.
Blablabla, gue di ruang
OSIS lagi asik-asiknya bungkusin hadiah classmeet,
tiba-tiba temen gue nanya,
“Eh lu gak kebawah? Itu si Ridwan udah kebawah. Lu ke dufan kan?”
Gue yang baru menyadari
Ridwan gak ada di muka bumi ini, sekarang menunjukkan pukul sepuluh!
MATIIIIIIIII. PADAHAL JANJINYA JAM SETENGAH SEMBILAN. GUE TAKUT DITINGGAL!
Guepun langsung menjadi
pelari terbaik di saat-saat genting seperti ini. Usain Bolt mungkin kali ini
kalah sama gue *eh.
Ketika bulir keringat
mulai menerpa pipi, dan jantung gue berdebar-debar, gue pun menyadari... kantin
kosong...
TEMEN-TEMEN GUE
NINGGALIN GUE SEMUA! GUE SENDIRIAN! WHAT DAAAA
Guepun tanpa menangis
lebih panjang lagi, langsung keluar dari sekolah. Beruntungnya, mereka kaum
anak sopan alias anak-anak yang gak menggunakan Transjakarta ke Dufan tiba-tiba
lewat melintas..
“WOIH, YANGH LAINH PADAH KEMANAH??” tereak gue dengan terengah-engah
“Udah mar, lu ikut kita aja” kata Winda
Argumen di otak guepun
langsung bermunculan dan semuanya mengatakan, ‘Jangan naik mobil. BOSEN. KEJAR
MEREKA!’ Entah kenapa begitu. Semacam kayak kisah percintaan gitu sih.. Hm..
“Mereka kapan jalan?” tanya gue spontan
“Barusan” jawabnya
‘KAMU BISA KEJAR DIAA!’ kata lubuk hati gue yang paling dalam. Gue udah kayak berada di tengah sinetron.
“Oh yaudah. Berarti gue bisa ngejar!” tekad gue.
Guepun langsung lari
seperti anjing gue-yang-kalau-keluar-rumah-bisa-kelilingin-komplek-tiga-kali-dalam-waktu-kurang
dari-satu-menit. Gue bodoamat sama apapun itu, bahkan saat celana gue sedikit
melorot gara-gara lari dengan celana jeans #JEANS4LYFE, gue bodoamat dan lari
sekencang mungkin. Kalau ada cewe di deket sini mungkin dia akan tereak,
“RUNFORRESTMARIA, RUN!!”
Guepun udah dekat
dengan halte yang gue tuju. Gue langsung menelepon temen gue, Thea, memastikan
mereka belum menaiki bus.
“Nomor yang ada tuju, sedang tidak aktif..”
Sialll
Gue menelepon Wesa,
“Nomor yang anda tuju sedang sibuk”
WTFFF
Gue menelepon Ridwan,
Niittt... Niiiittt...
Meski gue udah gak lari
lagi, tapi gue masih jalan cepat disaat begini.
Kemudian terdengar
suara seprti perempuan, ah, kayaknya salah sambung lagi nih sial
“Halo mar, lu dimana?” ohiya, gue lupa suaranya emang kek cewe gitu
“Gue lagi mau ke halte. Kalian dimanaahhh?”
“Kita UDAH DI BUS. Udah, lu ikut Cindy aja. Pake mobil. Mereka masih ada”
Guepun memandang dunia
hancur sekejap. Trotoar serasa runtuh dan gue serasa masuk kedalam perut guru
killer. Bayangin man, gue udah deket halte dan disuruh balik? NO WAY! Guepun
pantang menyerah dan tetap berlari sekencang mungkin. Ada mobil?? YOLOOOO! Ada
motor?? YOLOOOOO! (you only live once)
*BRAK* Gue ketabrak.
Hening sesaat...
YA GAK LAH! Gue gak
sebego itu lewatin jalan raya.
Lanjut kembali ke dalam
sambungan telepon...
“Udah. Lu ajarin gue gimana rute ke dufan. Gue udah di halte”
“Oh kalo gitu lu cepetan kesini, KITA BELUM NAIK BUS”
Wat, tadi katanya
udah... Tapi gue bodoamat dan langsung berlari lebih cepat lagi ke haltenya.
“EH itu itu Maria!” salah satu dari mereka ada yang berteriak.
Guepun lega.
Akhirnya gue bersama
enam anak lainnya pergi ke dufan menggunakan transjakarta, dengan HAMPIR TIDAK
SELAMAT. Ya hampir tidak selamat, kenapa?
Jadi saat itu kita
semua lagi menunggu bus, ketika kita masuk, kita semua baru menyadari bahwa ini
salah jurusan. Kitapun segera keluar lagi dengan penjaga bus yang marah-marah
ke kita karena tidak memperhatikan. Kita keluar,pintu transjakarta sudah
tertutup dan tiba-tiba Ridwan berteriak,
“MAXWELL MANAA??? MAX MANA??”
Kemudian kita melihat
ke arah bus transjakarta yang sedang melaju pelan..
Ditengah kaca film
transjakarta...
Disana..
Terdapat..
Anak malang, Maxwell..
Yang malah dadah-dadah
ke kita.
....
Gue panik. Yang lain
malah biasa aja. Karena gue kalau jadi Max, gue takut, nanti malah gue
nyampenya di Ragunan lagi, bukan Dufan. Ya walau binatang di Ragunan gak
seserem maskot Dufan yang hidungnya gede kayak pantat Nicki Minaj, tapikan
tujuan gue tetep ke dufan, bukan ke Ragunan. Gue nge line Max, tanya tentang
keadaanya dan dia ga dibaca. Gue takut malah nanti dia nyasar beneran, nyasar
berhari-hari, gak punya uang buat makan, trus jadi gelandangan. Bagus bagus gak
diprospek jadi banci, lah kalo iya?
Tapi kayaknya dia
bodoamat. Kitapun menunggu bus selanjutnya, dan gue tetep panik dengan kebegoan
kita yang membuat si Max ini semacam, ‘tidak selamat sampai tujuan’. Kita
tunggu dan tunggu.. 15 menit kemudian bus dateng dan satu dua dari kami
berteriak:
“MAXX!”
Gue bingung. Gue pikir
Max udah jadi gelandangan, gak tahu arah pulang.. ternyata gak. Dia balik lagi
ke halte disaat yang bener-bener PAS. Saat bus jurusan kita bener-bener nyampe
di halte itu dan membukakan pintunya.
Yey.
Ternyata gak sampe
disitu aja kegilaannya.
Di bus itu ternyata
penjaganya bener-bener mirip dengan guru cewe Bahasa Indonesia kelas tujuh.
Temen gue, Lisa menyadari itu. Gue ketawa-ketawa, kemudian gue kasih tau yang
ke Wesa, Ridwan, Edo, dan Max. Mereka juga ikut ketawa, dan ditengah ricuhnya
ketawa kita, dengan gentlenya Wesa nanya,
“Ibu..IBU”
Ibu-ibu penjaga bus
nengok
“BU, ibu punya saudara yang jadi guru ya?”
Gue gak tau reaksinya
apaan, yang jelas gue ketawa-ketawa sampe lupa diri.
Yha begitulah.
Sebenarnya mencoba sesuatu yang baru itu jauh lebih asik daripada membeli
kebahagian dari wahana-wahana yang sudah biasa kita jumpai #ea.
Terus bagaimana di
dufannya, asik gak?
Jelas asik.
Tapi tentu ceritanya
sama seperti saat ke dufan bersama teman-teman sd (baca entri: Do-FUN!). Ya
tetap sama, yang beda hanyalah..
Saat gue main tornadi.
Ini pertama kalinya gue main tornado. Untuk kamu yang gak tahu tornado itu
seperti apa, nih kayak gini:

Eh bentar, gue ketemu
ini di gugel:
![]() |
OH DUFAAAAANN, aku akan balik lagi ke kamu kalau tornadonya jadi kek gituuu. Kalo ada aer-aernya gtu biar makin cihuy. |
Ini baru pertama kali
gue naik ini, jadi gue excited bercampur
deg-degan. Tiba-tiba kita diputer keatas, dan gue gak sengaja tereak:
“WATDAHEL TAIIIIIIIIIIIIIII!!!!!! AAAA TAIIIIIIIII!!!!! TUT WURI HANDAYANIIIIIII!!!!!!!!!” gue lupa kenapa gue malah tereak ‘Tut Wuri Handayani’ yang merupakan semboyan anak sekolah bangsa Indonesia. Temen gue yang berada di sebelah gue juga berteriak secara tidak sengaja, hal yang sama juga kek gue:
“ANJIIIINGGGGGG!!!!!” gak sopan sih emang, tapi kan keceplosan.
Jadi mungkin
mereka-mereka yang dibawah bakal kedengeran:
“TAIIII!! ANJING!! TAI!!
ANJING!! TAI!! ANJING!!”
Hening sesaat
Tiba-tiba
“TUT WURI
HANDAYANIIIIIIIIIIII!”
Ya, paling gak pada
akhirnya gue gak berkata kotor lagi kan.
Tapi lagi lagi gue
keceplosan ketika main histeria, ini loh histeria:

Jadi saat itu gue Cuma iseng-iseng
doang tereak sebelum landing *loh landing?*
“LIMA, EMPAT, TIGA, DUA, SAAA...ANJINGGGG BENERANNNNNNNNNN TAAIIIIIII! TOLOOOOONGGG AAAAA!” Ya begitulah. Gue yang ngitung sendiri, tapi gue sendiri gak siap mental... Emang anak rada-rada.
Sama lagi kayak tahun
lalu gue main ke dufan dengan teman-teman sd, pasti ada aja temen-temen kita
yang kek gini nih di Dufan:
5 tipe anak dufan:
1. Tipe:
‘Gak Mau Rugi’
Tipe
ini orangnya pasti akan mengikuti semua permainan tanpa terkecuali, dan
benar-benar seharian penuh. Tipe ini gak jauh dengak tipe Adventure dan juga
tipe Pemberani. Nah jujur, gue tipe ini.
2. Tipe:
‘Sok-Sok-an Guy’
Tipe
ini biasanya sok-sokan paling berani. Kenyataanya, dia sendiri takut, dan orang
yang ditantangnya mungkin udah naik halilintar dua-tiga kali, dianya naik aja
belom.
3. Tipe:
‘Mabok-an’
Ini
tipe yang kalo main pontang-panting dan semua permainan memutar lainnya bisa
langsung pusing dan mau muntah. Di sini, ada temen gue yang tipe ini, panggil
saja mawar eh, melati.
Jadi
kisahnya si Melati malah ikutin kita-kita yang anti-mabok. Dia dengan santainya
ikut main ke kita yang dari permainan puter-puter, dan lanjut lagi ke permainan
puter puter. Intinya, dia langsung mabok berat.
Orang
mabok pasti muntah kan? Nah iya dia muntah, kali ini muntahnya warna putih.
“Wei
wei, Melati muntah!”
Semuanya
nengok,
Di
tangan Melati ada cairan putih-putih (MUNTAH LOH YA) yang lumayan banyak di
tangan.
Ada
temen gue yang gak tau apa-apa nengok dan dengan polosnya nanya,
“Itu
apaan di tangannya? Tai burung?”
Yha,
tai burung sebanyak itu. Sebanyak dua genggam tangan.
4. Tipe:
‘Penakut’
Tipe
ini enak kalau di pdktin. Kenapa? Biasanya reflek tipe ini adalah langsung
nemplok layaknya cicak ke sebelahnya. Dan ini ampuh banget dan sangat terbukti
benar.
5. Tipe:
‘Video maker guy’
Ada
aja temen gue yang memvideokan semua permainan-permainan ekstrem di sana.
Padahal gue bingung buat apa di videoin kalau isinya Cuma:
“TAIII!!!
ANJIRRRR!!! AAAAARHHHHH”
Tapi
gapapa kali ya, kenangan. Tanpa orang ini, kenangan kita hanya sebatas boneka
di istana boneka, dinikmatin bentar dan dilewatin begitu aja.
Ya begitulah, mau
diceritain apa lagi? Intinya sama semua. Yang jelas, satu hari itu, merupakan salah satu dari sekian banyak momen-momen terbaik di kelas delapan ini.