Yak, 7 hari lagi menuju masa
dimana kembali lagi ketemu guru-guru, teman-teman, buku pelajaran, dan hal-hal
yang buat pusing pala berbi lainnya.
![]() |
*Meluk Liburan* |
Setelah sebulan lebih menjadi pengangguran
tak berarti seperti dirimu yang memiliki arti tapi menganggap aku tak berarti
#WOOSHHH, akhirnya sampai juga kita di penghujung liburan ini. Liburan yang
lama ini (gak sih, gak lama-lama amat. WE WANT MORE! WE WANT MORE! *mulai
anarkis* *bakar ban*)pun diisi dengan kehidupan seadanya.
Dimulai dengan guenya yang gak tau
mau ngapain, seolah gak ada tujuan hidup. Cuma: Bangun jam 9 - main
hape-sadar-sadar udah jam satu - the ‘bentar lagi mandi’ moment – tiba-tiba
udah jam 2, oh yaudah mandi – makan – main lagi sampe sadar-sadar udah malem –
makan lagi – the ‘bentar lagi mandi’ moment part 2 – gak tau mau ngapain jadi
makan lagi – lupa abis ngapain, jadi makan lagi – Astaga udah jam 9, mandinya
besok pagi aja deh. Besok harus bangun pagi! – balik lagi ke awal, bangun jam 9.
Buang-buang waktu? Gak. Kata
orang, kalau kita menikmati ‘buang-buang waktu’ itu, itu sebenarnya gak
buang-buang waktu. Gue nikmatin banget tuh siklus pengangguran anak sekolah.
Liburan ini juga gue gak kemana-mana,
soalnya bonyok gue pada gak mau kemana-mana. Jadi nih ya, kalau ada perkataan
‘Kamu Bisa ngelakuin apa saja saat kamu bisa ngelakuin, semuda apapun diri
kamu’ that’s a bullshit. Mereka lupa kalau anak yang masih sekolahan masih
dijaga sama orangtua. Jadi juga, kalau lu nilai itu orang anak adventure banget, suka jalan-jalan; itu
semua terjadi pasti karena orangtuanya yang emang suka jalan-jalan, gak tentu
anaknya juga punya jiwa se- adventure
bonyok nya. CAMKAN ITU!
Oke lanjut,
Kemudian setelah berlama-lama
menjadi manusia gua yang gak keluar-keluar dari kamar, guepun akhirnya
ditawarkan untuk mengikuti LDK dari gereja gue. Yaudah, daripada gak
ngapa-ngapain, mending ikut aja, ke puncak lagi! Ngoehehehehe
Seru banget dan gokil abis!
Soalnya anak-anak misdinar di gereja gue rata-rata otaknya itu dibawah
rata-rata. Ada teman gue yang begini:
Panggil saja Willi.
Jadi si Willi itu lagi masuk ke
dalem terus tiba-tiba ada kelelawar masuk, jelas dia kaget dan teriak:
“WOI ITU APAAN?!?!?!?!”
Gue dengan refleknya menjawab
dengan santai,
“Itu kelelawar”
Dan dengan santai bercambur bego
dia jawab,
“Gak. Itu BAT!”
“Bat sama kelelawar apa bedanya? -_-“
“Ohiya. Gue ingetnya itu Bat, Batman!” jawabnya dengan nada seperti anak-anak, bersuara berat, dan dengan tubuh sedikit kekarnya yang tidak sesuai dengan keanak-anakkannya itu.
Gue gak ngerti sebenarnya otak dia
itu misah apa sama otak bahasa inggris, jangan-jangan di sekolah dia begini:
Ketika guru bahasa inggris sedang
masuk dan mulai pelajaran,
“Open your textbook page...”
"Sorry Ms, I don’t bring my book”
“Itu apa di meja?”
“Itu buku ms, bukan book”
“KAMU NGELAWAN SAYA YA??”
Huft.
Dan di LDK inilah, gue akhirnya
melihat secara LIVE seekor katak
terbang yang di lempar tinggi oleh temen gue di kolam lumpur. Gue harap itu
katak malang baik-baik aja.
Selain LDK yang sadis tapi seru,
gue juga sempet main ke rumah oranglain. Intinya anak yang gue datengin ini, anak
yang cewe dan paling kecil (masih TK) lagi kesel dengan abangnya (setahun lebih
muda daripada gue) karena manggil dia ‘EEK’.
“Eek!” teriak usil abangnya.
“IHH!!!! NANTI AKU PEGANG YA BURUNGNYA!” jawab anak kecil yang cewe itu.
Koko guepun yang pendengarannya
peka dengan hal begituan *loh*, langsung kaget dan ketawa sekencang-kencangnya.
“HA? APA? Pegang apa???” tanya Koko gue dengan suara yang udah nahan-nahan ketawa
“Pegang burungnya! Udah biasa kok” katanya sambil tertawa girang. (watdahel girang)
Abangnya yang juga kaget dan
ketawapun meluruskan perkataan adeknya,
“GAK! GAK PERNAH BAHKAN”
Koko gue tidak menggubris
perkataan abangnya.
Gue, koko gue, dan anak kecil itu
ketawa girang, sedangkan abangnya ketawa seadanya. Jangan-jangan... Ahsudahlah.
Jangan berpikir jahat wahai saudara-saudaraku!
Guepun juga akhirnya gak pernah
ketemu-ketemu atau jalan-jalan sama temen-temen sekolah, karena semuanya pada
pergi ke negeri antah berantah sedangkan gue cuma pergi ke negeri khayalan. Tapi
gak untuk temen sekolah gue yang tinggal deket sama gue ini, iya, si Pam ( yang
belum kenal, silahkan baca entri ‘Frans’ ). Guepun akhirnya memutuskan untuk
sepedaan lagi sama dia.
Karena sampai saat ini juga gue
gak punya sepeda, guepun tetep nekad minjem sepedanya #IloveGratisan. Agak gak
tahu diri sih, tapi daripada gue mati kutu di rumah.. Ya kan?
Kali ini gue sama si Pam sepedaan
agak jauh. Ke tempat dimana Pam masih alim-alim
hidung air liur mulut ingus. Ya, ke tempat mantan rumahnya (baca: bukan
rumah setan mantannya, tapi mantan rumahnya). Karena perjalanannya agak
jauh dan kita semua akhirnya haus nan laper, akhirnya sekaligus perjalanan
pulang, kitapun mampir dulu ke Indomaret.
Gue bawa uang lima puluh ribu,
tapi Cuma beli seuprit yang kembaliannya duapuluh ribu dua lembar, dan beberapa
recehan. Demi gak jatuh di tengah-tengah ketika sepedaan, guepun taruh di dalam
kantong plastik. Ya, gue Cuma beli minuman air kelapa kesukaan gue dan air
putih. Tiba-tiba saat kita udah agak jauh dari indomaret dan lagi di jalan
besar menuju pulang...
BRAK! PRENG PRENG PRENG! (brak itu suara minuman jatuh, preng preng
preng itu suara koin jatuh. Sabi yega?)
Kantong plastik gue robek dan bolong.
Gue rasa ini adalah peringatan
dari Dewa Neptunus edisi Anti Kantong Plastik, karena gue melanggar janjinya
untuk puasa plastik.
Si Pam malah ketawa
sekencang-kencangnya melihat gue kena kutukan dari Dewa Neptunus edisi anti
Kantong Plastik itu. Dia bahkan ketawa lama banget, baru bantuin gue...
Begini kronologinya....
08.30 Waktu Bagian Perkiraan (WBP *loh): Kantong Plastik gue bolong
dan semua isinya jatuh ke dalam
08.35: Pampun akhirnya membantu gue,
mengambil uang yang jatuh berhamburan dan minuman yang hampir kelindes mobil
08.36: Gue stress ringan. Uang dua puluh ribu serta beberapa
recehan sudah tidak gue pegang lagi dan melayang seenak jidat gitu aja.
Kenapa bsa melayang? Balik ke
08.30...
08.30 lebih beberapa detik: dari jauh ada pasutri pemulung yang
akan lewat melintas
08.31 detik pertama: Seorang suami itu ingin dan sedang mengambil
lembaran duapuluh ribu gue satu lembar.
08.31 detik kedua: Guepun melihat dia mengambil, langsung ingin
mengucapkan terimakasih karena, pasti dia akan mengembalikan ke gue.
08.31 detik ke dua setengah: Hati gue paling dalam mengatakan, ‘jangan-jangan
dikantongin’, tapi otak gue langsung menghilangkan hal buruk itu. Gak mungkin
dia sejahat itu.
08.31 detik ketiga lebih dikit: BAPAK ITU KANTONGIN DUA PULUH
RIBUAN KE KANTONGNYA
08.31 detik kesepuluh:“HAH?”
08.31 detik ke duabelas: “JANGAN LAWAN (baca: minta balikin). KALAU
BAPAK-BAPAKNYA BAPER, KAN BERABE”
08.31 detik ke dua belas setengah: “IYA JANGAN! POKOKNYA JANGAN!!”
08.31 detik ke tiga puluh: Istrinyapun mengambil SEMUA recehan gue
yang jatuh dan yang dia lihat.
Menit-menit sebelum dibantu Pam
selanjutnya adalah saat-saat dimana otak dan hati gue berkecamuk hebat
sedangkan jiwa gue Cuma bengong liatin itu pasutri yang aduhai jago nyurinya.
“Nih dua puluh ribu lu” kata Pam membuyarkan lamunan gue. Si Pam kasih dua puluh ribu satu lembar yang selamat dari tragedi pencurian tadi.
“Oh ya, makasih” jawab gue singkat .
“Sabar ya nak, liat uang sendiri diambil orang lain” kalimat ini malah sebenarnya tambah nyakitin.
“...” muka gue udah kayak mayat kalau inget-inget kejadian bodoh tadi.
Selama perjalanan pulang, gue
lebih diem dari biasanya.
Dan guepun akhirnya bersuara lagi ketika
mulai merelakan dua puluh ribu itu...
“DUA PULUH RIBU GUEEEEEEEEEEE AAAARGGHHHHH” kesel gue dengan teriak seadanya ke Pam
Dengan muka cengo sambil menggoyes
sepeda, dia nanya,
“Lah, bukannya udah gue balikin?”
“Kan kembaliannya empat puluh ribu. Dua puluh ribuan dua lembar. Satunya diambil!”
“ANJIR!!! KALO GUE JADI LU UDAH GUE TERIAKIN TUH ORANG!” ternyata dia baru tahu kalau uang dua puluh ribuan yang satu diambil dan yang dia balikin itu uang yang selamat dari tragedi.
“Ya, gue bodoh banget” jawab gue yang selanjutnya gue kembali agak diem lagi karena merefleksikan diri gue...
Inilah hasil refleksi gue:
- Gakpapalah, amal. Pasti mereka kurang seberuntung gue yang serba gampang.
- Toh juga dosanya di mereka kalau mencuri.
3. GAK! KAMU MEMBIARKAN DIA DOSA GITU AJA? SAMA AJA
KAMU KAYAK DIA! KAMU SAMA SAJA MENDUKUNG DIA UNTUK BERDOSA
BOOM!
*mengheningkan cipta untuk dua
puluh ribu gue serta recehan-recehan lainnya dan
gue-yang-takut-kayak-kucing-kesamber-petir*
Mengheningkan cipta, MULAI!
...
Ngomong-ngomong tentang temen
sekolah, gue juga pernah ketemu anak yang satu sekolah dengan gue di gereja. Oh
iya, di liburan kali ini pelarian gue akhirnya Cuma gereja, gereja, dan gereja.
Mungkin emang sudah saatnya kali ya gue harus dekat dengan Tuhan. Bukan, bukan mikirin
dunia yang udah mau kiamat, tapi gue mikirin dosa yang sebejibun. Kiamat juga
sih.
Oke lanjut
Jadi gue ini karena OSIS dan
sempat kampanye gagal itu, jadi ada kemungkinan besar sekali kalau gue
dikenal oleh tiga angkatan sekaligus <- sok banget. Nah, ada anak
kelas 7 yang sebetulnya gak gue kenal, tapi kayaknya gue pernah gitu ketemu dia
di sekolah... Panggil saja namanya Tetet. Maaf adik kelasku yang gue lupakan
namanya...Namamu jadi jelek begini.
Hari itu ialah Bazaar OMK
(Anak-anak muda a.k.a remaja) dalam perayaan ulang tahun gereja gue. Saat itu
juga gue lagi tugas dokumentasiin acara itu. Ada-lah anak OMK dari suatu komunitas
yang paling heboh ditengah bazaar. Ketika gue lagi sibuk foto-fotoin mereka,
tiba-tiba pundak gue ditepuk...
“Kak Maria?”
*Muka bingung* “Oh.. Eh... HAII!” jawab gue
“Kakak wilayah berapa?”
“Wilayah empat” jawab gue seramah mungkin
*Muka Bingung karena kayaknya dia
berharap namanya disebut*
Guepun meluruskan kecanggungan
disini...
“Ehmm.. kayaknya gue pernah liat lu deh.. Hmm.. Nama lu siapa ya?”
“Tetet” jawabnya dengan penuh harap.
“OH IYA IYAAA!!! Haiiii” Realitanya, gue udah melupakan namanya sepersekian detik kemudian.
“Kamu wilayah berapa?” nada guepun tiba-tiba berubah seperti ngomong ke anak TK
“Wilayah 9”
Begonya lagi, gue dengan gak
sengaja nanya,
“Lu sekolah dimana?”
“Lah di Menteng juga kan??” mukanya pun langsung berubah kusut karena merasa terlupakan.
“Oh iya iyaa.. sorii.. HAIII!” Bodohnya lagi, gue malah nyapa lagi... Bodoh banget lagi malah nanyain lagi sekolahnya.
Dengan pelan namun pastipun
akhirnya gue sok-sok foto sesuatu objek baru, padahal ini adalah trik untuk kabur
dari kejadian canggung ini.
Gue sih berharap dia dapat
berpikir bahwa bsa saja kak Maria ini lupa dengan bagaimana keadaan sekolah setelah otaknya dicuci oleh liburan.. Yaa.. semacamnya gitu yah.
Yaa.. Lucu juga sih kalau
inget-inget lagi kejadian satu bulan lebih menjadi pengangguran anak sekolahan.. Yaa.. Gue
ngomong Yaa udha ke lima kali di entri ini.. Yaa, ini keenam..Yaa, ini
ketujuh.. Udah deh Yaa aja terus sampai kiamat. Oh iyaa tadi itu yaa ke
delapan... tadi yaa lagi asdbahusdianshid
Balik lagi, yaa jadi jujur sejujur-jujurnya, gue
berharap, gue masih bisa bertemu dengan kamu lagi, oh liburan...
![]() |
Gue gak sabar untuk Liburan season 3 part 1 |