Yha, setelah sekian lama tidak menulis blog, dan
kehidupan gue yang gak jelas, akhirnya dengan keterpaksaan yang menyedihkan,
guepun berusaha untuk menulis keberadaan gue lagi ditengah tugas-tugas sekolah
yang diam-diam mencoba membunuh gue. Sip.
Tugas gue menumpuk bagaikan gunung
everest. Mungkin bisa juga karena seminggu dua minggu yang lalu gue pergi ke Solo untuk mengikuti IUYD
(International Ursuline Youth Day). Iya, lo gak salah baca. INTERNATIONAL. Dan
iya, pakai bahasa inggris. Dan iya,
Gue gak fasih dalam berbahasa Inggris.
Mantap.
Tapi bodolah, bolos sekolah seminggu man! Ke Solo lagi. Ohya, jadi IUYD ini
merupakan acara milik yayasan sekolah gue. Setiap unit (SMP, SMA, SMK) hanya
diberi kesempatan memberi sepuluh anak yang terpilih mengikuti ini. Entah
guru-guru gue kesamber apaan, gak ada hujan, gak ada petir, jemuran juga semua
udah diambil, tiba-tiba gue dipilih dari sekian banyak
murid. Nyokap bokap gue juga gak yakin kenapa gue bisa kepilih di acara besar
itu. Mungkin saat memilih anak-anak untuk mengikuti IUYD, guru-guru gue berdiskusi
demikian,
“Siapa lagi nih yang harus kita masukkan ke acara tersebut?”
“MARIA AJA! BIAR ANAK GILA ITU GAK DI SEKOLAH SELAMA SEMINGGU!”
Dan guru-guru lainnyapun mengangguk jahat.
Sungguh, gue menjadi anak-anak yang ‘dinanti-nanti’
guru-guru.
Serius, ini baru pertama kali gue ke Solo.
Sesampainya di Solo, kami semua yang kereta dari Jakarta (bukan Cuma sekolah
gue doang, tetapi semua sekolah yang berasal dari Jakarta) segera dijemput oleh
kakak-kakak service team yang mau
jemput kita pukul setengah empat PAGI. Pacaran tuh sama anak service team, anak-anak partisipan yang bukan siapa-siapanya
dia aja peka, apa lagi sama
lo *eh. Ohiya, service team dalam
bahasa Indonesia yaaa semacam panitialah. HAHA. Memang, Inggris itu mengangkat
derajatmu lebih tinggi.
Disana ngapain? Banyak.. Yaa,
mulai dari kita tidur di
kelas sekolah yang ada di Solo.. Bla-bla-bla.. Presentasi blablabla.. Ketemu anak Thailand, Jepang, dan Taiwan. Taiwan? Ya, kalau boleh
jujur sih orang Solo (mungkin lebih blasteran
sih ya) lebih cina
tiongkok (gue belajar untuk gak rasis) daripada orang Taiwan. Beneran. Hanya saja orang
Solo-yang-kayak-maaf-cina-itu-lebih-maaf-cina-daripada-orang-taiwan-itu selalu
berkata dengan logat jawa yang kental. Sebetulnya,
gue agak risih dengan keberadaan orang jawa kayak tiongkok itu. Bukan Cuma
satu, dan bukan Cuma dari Solo. Tetapi juga, Surabaya,
Bandung, dan masih banyak lagi.
Yha, selain itu
kita tentu juga main, main, main, ketawa, ketawa,
ketawa. Awalnya gak kenal, jadi kenal; awalnya gak kenal, jadi masih gak kenal;
awalnya kenal, jadi masih kenal. Sampai
akhirnya ini dia yang dinanti-nanti.. puncak acara IUYD ini.. CULTURE NIGHT! WOOHO!
Di culture night ini kita setiap daerah wajib
memberi penampilan tentang daerah-daerah kita masing-masing. Gue anak Jakarte,
ya tampilin tarian-tarian Jakarte. Kebetulan, di unit gue itu ada yang menyewa
jasa make-up dari brand make up yang
cukup tersohor di Indonesia. Jadi, yaa lumayan lengkap isi make upnya dan lama banget make upnyaaa.
Kala itu, cewe-cewe dari sekolah gue (total dari SMA, SMK, SMP itu 15 perempuan. Kalau laki-laki itu juga 15) sudah
hampir selesai make up yang memakan waktu kira-kira hampir tiga jam. Tiba-tiba,
cowo-cowo dari sekolah gue datang ke ruang make up dan inilah saatnya mereka didandanin. Tapi, ada satu temen
gue, dengan Pdnya mendekati ibu-ibu yang lagi mendadani gue dan mengambil salah
satu peralatan makeupnya dan bertanya,
“Ini pensil alis?”
“Iya” jawab ibu itu
“Aku ngerti bu, cara menggunakn pensil alis” katanya sembari mengambil pensil alis dan segera berlari menuju kaca (kebetulan ruangan itu merupakan ruang tari, jadi memiliki kaca yang sangat lebar dan besar).
Sambil menggoreskan
pensil alis ke alisnya yang tak berdosa itu, dengan sok dia memberi pernyataan,
“Orang Jakarta itu alisnya tebel-tebel!”
Walau gue gak
melihat yang dilakukannya, gue udah yakin banget, pasti sekarang dia sedang
menebalkan alisnya dengan pensil alis... Setebal-tebalnya.
Satu menit
berlalu...
“BU! INI CARA HAPUSNYA GIMANAAAAAAAAA????!!!” teriak dia yang terdengar hampir depresi dan tetekan.
Guepun menengok
dan melihat mukanya...
“GILA LUUUU! HAHAHAHA! ITU KAYAK SINCHAN! HAHAHAH SINCHAN!” Sekarang mukanya jadi kayak Sinchan yang salah kasih obat penumbuh rambut. Obatnya jatuh ke alis sebelah kirinya dengan rambut yang terlihat lebih tebel daripada bulu keteknya. Pendeskripsiannya seperti itulah. Semoga imajinasimu sampai kesitu. Sumpah, dia bego banget.
Belajar dari
itu, ada pelajaran hidup yang harus lu pegang seumur hidup lu… Ada baiknya kalau
kita tidak memberi make up ke cowo. Percayalah, cowo dan make
up susah bersatu. Seperti aku dan kamu yang gak bisa bersatu*eh
Sudah
dandan ribet-ribet, mahal-mahal, latian cukup banyak..tariannya? ANCUR ABIS! Karena
ternyata luas panggungnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, kita mau tak mau
harus merubah blocking. Ada yang jatuhlah, ada yang harus buru-buru pindah lah,
ada yang dempet-dempetlah, aish, tigapuluh lima anak satu panggung kecil sambil
nari-nari…
Ya
walau agak gagal maning di tarian, hal itu tidak menyurutkan semangat kita. Dan
itulo anjir, pas malemnya sesudah culture
night.. Sumpah keren banget.
Malam
itu kami mengenakan pakaian adat yang super ribetnya,
Malam
itu yang juga menjadi malam terakhir kami,
Malam
terakhir kebahagiaan kami,
Malam
terakhir di sekolah ternama di Solo,
Malam
terakhir kebersamaan kami,
Malam terakhir teriak-teriak
kayak orang gila nyanyi jingle IUYD
yang super asik beatnya,
Malam yang menjadi kenangan
terbaik dari acara itu.
Saat itu kami menerbangkan
lampion. Lampion harapan agar semangat cinta kita terus membara, seperti api di
lampion itu yang semangat terus untuk menyala. Ditambah, dengan kembang api
yang memaksa kita untuk tidak pernah pergi dari acara ini. Yha…
Bentar.. gue keluar bentar…
GAKKK GUE GAK NANGIS.
ENGGAK. *nangis di pojokan*
Ya tapi mau tak mau waktu harus
terus berputar, jadi sampailah kita di ujung acara. Kita selesai seluruh acara
pukul dua siang. Paginya, kita ke Keraton Solo terlebih dahulu. Didampingi service team ‘kesayangan’ anak SMP
sekolah gue, yaitu, KOKO RIOOOO RIO RIOOOO. Kita punya sebutan khusus dengan
nada istimewa kalau manggil koko Rio ini.
Entah memang dia menjadi
panggilan surga *loh* untuk menjaga SMP sekolah gue atau gimana, soalnya, koko
Rio ini kemana-mana mengurusi anak-anak SMP sekolah gue yang otaknya ‘’’’’lebih
istimewa’’’’’ dari yang lain. Mulai dari acara traditional game, saat main
engrang hampir semua jatuh di tangan koko Rio (jatuh di tangan koko Rio:
diajarin koko Rio);; ketika guru dari sekolah gue mendampingi grup lain,
didampingi juga oleh Service Team koko Rio; ditambah lagi setiap kali kita
pergi, di SMP sekolah gue selalu didampingi koko Rio. Mantap. Hai koko Rio,
kalau koko baca. HAHA temen-temen katanya kangen kakak.
Oke lanjut,
Saat menuju ke Keraton Solo,
gue lebih banyak berbincang dengan koko Rio dan juga temannya, kak Dani. Mulai
dari gimana proses menjadi service team, sampai ke tugas-tugas sekolah kita
masing-masing. Tak lupa juga tentang acara semalam…
“Kalian kemawin nampilin apa?” tanya koko Rio yang memiliki bakat paling hebat yang pernah ada, yaitu cadel #cadelforlyfe. Vokal ‘r’nya bertransformasi di lidahnya menjadi ‘w’. Jadi kalau mau menyebut nama ‘Tere’ maka jadilah ‘Tewe’. Jadilah penulis novel Tewe Liye. AHAHA
“Talian Jakarta” jawab gue singkat. Ye, gue cadel juga #cadelforlyfe #cadeloranghebat
“Itu loh yang paling gagal itu. Yang aneh” celetuk teman gue
“OH HAHAHAHHAHA” setelah lewat beberapa sekon, barulah dia konek. Dan tertawa sambil menutupi mulutnya dengan kertas nama sekolah gue yang ia pegang. Biasalah, orang Solo, anggun.
Kak Dani malah masih lama
koneknya, dan bertanya kepada koko Rio. Dia memberi deskripsi apalah tak
terdengar suaranya yang dilanjutkan dengan mereka berdua tertawa.
Yha, ternyata kegagalan itu
tidak hanya dirasakan oleh kita-kita aja anak-anak sekolah gue, ternyata mereka
sadar juga, meski temen-temen satu kelas kamar tidur bilang, “Tampilan
kalian bagus kok!” Tapi malah bisa jadi itu karena mereka ingin hidup yang
lebih tenang dan gak mau cari masalah. Tapi yo wes, gak masalah, meski aneh,
tarian kita mungkin selalu diingat oleh mereka, dan selalu diingat juga epic failnya kita. HAHAHA. bodo.
Sampai bener-bener saat malam
terakhir (acara sudah berakhir dari siang tadi), beberapa sudah berada di
pesawat masing-masing, beberapa mungkin sudah pulang, sedangkan anak-anak
Jakarta baru berangkat malam-malam karena kereta berangkat pukul delapan malam.
Saat itu, ketika gue naik ke
Bus, teman-teman gue berteriak kecil,
“Koko Rio! Makasih ya kak!”
Guepun refleks menengok ke
arah yang mereka tuju. Di tengah samar-samar, koko Rio ternyata masih membantu
kita saat ingin menuju stasiun menggunakan bus mini yang sudah disiapkan.
Guepun berkata kecil, “Makasih kak!” dan dia tersenyum kecil menjawab semua
kalimat ‘makasih’ dari anak-anak sekolah gue.
Dan sekarang (saat itu lah
ya), kami semua di stasiun Solo Balapan. Di tempat yang sama, di suara yang
sama, tapi di suasana yang berbeda, dan tujuan yang berbeda. Kitapun akan pergi
525km jauhnya dari makanan-makanan yang enak dan murah, dari orang solo
berparas cina tiongkok, dari udara yang ‘beda’ dari ibukota, dari
orang-orang yang banyak berminat untuk pindah ke ibukota, sedangkan gue yang
ingin jauh dari kesibukkan ibu kota, dari semangat-semangat kakak-kakak service
team, dan terutama yang akan selalu gue rindukan adalah dari manisnya cowo-cowo
Solo – dimana lebih anggun daripada cewek di Jakarta.
Entah kapan gue bisa balik
lagi ke sana.
![]() |
Lampion~ |
![]() |
Anak-anak berbaju hijau yang memiliki otak yang 'istimewa' jadi otaknya agak miring ke arah khatulistiwa. |